KLASIFIKASI
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas
aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa,
penyebab infeksi nosokomial
“ Persyaratan utama setiap rumah sakit ialah tidak membahayakan
pasien “, kata Florence Nightingale. Ternyata, pasien dalam menjalani perawatan
di rumah sakit dapat terinfeksi oleh mikroorganisme yang bersifat patogen.
Istilah bagi infeksi ini yaitu penyakit nosokomial yang telah dikenal sekitar
tahun 1960-an. Pada abad ke- 18, pencegahan tersebarnya penyakit dalam
masyarakat, si sakit akan dikucilkan di rumah sakit demam, rumah sakit cacar,
sanatorium tuberkulosis, atau “rumah hama”. Rumah sakit ini merupakan bangsal
yang luas dan penuh sesak, pasien saling berdesakan sehingga infeksi mudah
menjalar dari satu pasien ke pasien yang lain. Pelopor perbaikan rumah sakit,
Sir James Y. Simpson mengatakan bahwa di dalam mengobati si sakit, maka akan
berbahaya bila mereka dikumpulkan dan keselamatan hanya dapat tercapai bila
mereka saling dipisahkan. Hal ini disebabkan adanya infeksi nosokomial.
Nosokomial berasal dari kata Yunani berarti “di rumah sakit”. Jadi, infeksi
nosokomial adalah infeksi yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah sakit.
Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial yaitu Pseudomonas
aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa merupakan
patogen utama bagi manusia. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia
dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena
itu, P.aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan
kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri
ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit
pada usus normal dan pada kulit manusia. Tetapi, infeksi P.aeruginosa menjadi
problema serius pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik
dan luka bakar. Angka fatalitas pasien-pasien tersebut mencapai 50 %.
P. aeruginosa termasuk dalam genus
Pseudomonas, yang ditentukan oleh Migula pada tahun 1984. Yang termasuk dalam
genus tersebut adalah bakteri gram negatif, berbentuk tangkai, polar da
berflagel. Pada tahun 2000 spesies Pseudomonas spesies dideterminasikan
meliputi Pseudomonas aeruginosa strain PA01.
MORFOLOGI DAN
IDENTIFIKASI
Pseudomonas aeruginosa berbentuk
batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 μm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri
tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk rantai yang pendek. P.
aeruginosa termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini bersifat aerob,
katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat
mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai selubung
(sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu
bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik
dengan adanya unsur N
dan C. Suhu
optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42o C. P.
aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena kebutuhan
nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk
pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon) dan ammonium sulfat (untuk
nitrogen).
Pembiakan
dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus
:
1. Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi.
2. Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berbahan dari
alignat. Tipe ini sering didapat dari sekresi saluran pernafasan dan saluran
kemih.
Alignat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer
dari glucoronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental disekeliling
bakteri. Alignat ini memungkinkan bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu
kumpulan koloni sel-sel mikroba yang menempel pada suatu permukaan misalnya
kateter intravena atau jaringan paru. Alignat dapat melindungi bakteri dari
pertahanan tubuh inang, seperti limfosit, fagosit, silia, di saluran
pernafasan, antibodi, dan komplemen. P. aeruginosa membentuk biofilm
untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru
manusia.
Terkadang menghasilkan bau yang manis dan menyerupai anggur.
Koloni yang dibentuk halus bulat dengan warna fluoresensi yang kehijau-hijauan.
Bakteri ini menghasilkan pigmen yang tak berfluoresensi kehijauan (plosianin).
Strain P. aeruginosa menghasilkan pigmen yang berfluoresensi antara lain :
piooverdin (warna hijau), piorubin (warna merah gelap), piomelanin (hitam). P.
aeruginosa yang berasal dari koloni yang berbeda mempunyai aktivitas biokimia,
enzimatik dan kepekaan antimikroba yang berbeda pula.
PATOGENESIS
Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan
tubuh normal dan menimbulkan penyakit ialah : pili, yang melekat dan merusak
membran basalis sel; polisakarida simpai, yang meningkatkan perlekatan pada
jaringan tetapi tidak menekan fagositosis; suatu hemolisin yang memiliki
aktivitas fosfolipasa; kolagenasa dan elastasa dan flagel untuk membantu
pergerakan.
Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip
dengan yang ada pada Enterobacteriaceae; eksotoksin A, suatu transferasa
ADP-ribosa mirip dengan toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan
menyebabkan nekrosis di dalam hati; eksotoksin S yang juga merupakan
transferasa ADP-ribosa yang mampu menghambat sintesis protein eukariota.
Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh
dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang
jaringan. Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri gram negatif
lain menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat
sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja
toksin difteria (walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis
pemindahan sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2.
Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis
protein sehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim
ekstraseluler, seperti elastase dan protease mempunyai efek hidrotoksik dan
mempermudah invasi organisme ini ke dalam pembuluh darah.
Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa serum
manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi yang berat.
Psiosianin merusak silia dan sel mukosa pada saluran pernafasan.
Lipopolisakarida mempunyai peranan penting sebagai penyebab timbulnya demam,
syok, oliguria, leukositosis, dan leukopenia, koagulasi intravaskular
diseminata, dan sindroma gagal pernafasan pada orang dewasa.
Strain Pseudomonas aeruginosa yang punya sistem sekresi
tipe III. Secara signifikan lebih virulen dibandingkan dengan yang tidak punya
sistem sekresi tersebut. Sistem sekresi tipe III adalah sistem yang dijumpai
pada bakteri gram negatif, terdiri dari sekitar 30 protein yang terbentang dari
bagian dalam hingga luar membran sel bakteri, berfungsi seperti jarum suntik
yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke dalam sel inang sehingga
memungkinkan toksin mencegah netralisasi antibodi.
PENYAKIT YANG DITIMBULKAN
Pseudomonas aeruginosa menimbulkan
berbagai penyakit diantaranya yaitu :
Infeksi pada
luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
Infeksi
saluran kemih.
Infeksi
pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
Otitis
eksterna ringan pada perenang
Infeksi
mata
Penyebaran
Pseudomonas aeruginosa dapat
dijumpai di banyak tempat di rumah sakit; desinfektan, alat bantu pernafasan,
makanan, saluran pembuangan air dan kain pel. Penyebaran Pseudomonas
aeruginosa melalui aliran udara, air, tangan tercemar, penanganan dan
alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Selain itu, dapat juga lewat hewan
(lalat, nyamuk, dsb) yang telah tercemar. P. aeruginosa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernafasan,
cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan.
Penularan
Pseudomonas aeruginosa akan keluar
dari sumbernya, mengalami penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang
yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang telah
diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka akan
meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain.
Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, cara
pemindahsebarannya dapat melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak
steril. Kemudian akan menginfeksi inang lain yang rentan pada bagian tertentu
misalnya saluran kencing. Inang rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang
terluka atau luka bakar, pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien
dengan peralatan yang menembus tubuh.
Gejala
Gejalanya
tergantung bagian tubuh yang terkena, tetapi infeksi ini cenderung berat:
Infeksi
pada luka atau luka bakar, ditandai dengan nanah biru-hijau dan bau manis
seperti anggur. Infeksi ini sering menyebabkan daerah ruam berwarna hitam
keunguan dengan diameter sekitar 1 cm, dengan koreng di tengahnya yang
dikelilingi daerah kemerahan dan pembengkakan. Ruam ini sering timbul di ketiak
dan lipat paha. Hal ini dapat juga dialami oleh penderita kanker.
Infeksi
saluran kemih, biasanya kronis dan terjadi pada orang tua.
Pneumonia,
pada fibrosis kistik mungkin terjadi kolonisasi kuman strain yang berlendir
pada paru-paru. Infeksi paru-paru pada penderita bila menghirup Pseudomonas
aeruginosa dalam jumlah besar pada alat bantu pernafasan yang tercemar.
Sering menyebabkan gangguan mental, renjatan septik gram negatif dan sianosis
yang semakin berat.
Otitis
eksterna maligna, suatu infeksi telinga, bisa menyebabkan nyeri telinga hebat
dan kerusakan saraf dan sering terjadi pada penderita kencing manis.
Infeksi
mata, Pseudomonas bisa menyebabkan koreng pada mata, mencemari lensa
mata dan cairan lensa.
Pencegahan
Pseudomonas aeruginosa sering kali
merupakan flora normal yang melekat pada tubuh kita dan tidak akan menimbulkan
penyakit selama pertahanan tubuh normal. Karena itu, upaya pencegahan yang
paling baik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi.
Upaya pencegahan penularan penyakit pada pasien yang dirawat di
rumah sakit dilakukan dengan cara kerja steril/ aseptis yang dilakukan oleh
setiap personil rumah sakit (medis dan paramedis) dengan penuh rasa tanggung
jawab.
Pengobatan
Pseudomonas aeruginosa meningkat
secara klinik karena resisten terhadap berbagai antimikroba dan memiliki
kemampuan untuk mengembangkan tingkat Multi Drug Resistance (MDR) yang tinggi.
Definisi dari MDR-PA (Multi Drug Resistance-Pseudomonas aeruginosa) adalah
resisten paling tidak terhadap 3-antimikroba yaitu kelas β-laktam, carbapenem,
aminoglikosida, dan fluoroquinon.
P.aeruginosa tidak boleh diobati
dengan terapi obat tunggal karena tingkat keberhasilan rendah dan bakteri
dengan cepat jadi resisten. Pola kepekaan bakteri ini bervariasi secara
geografik. Maka, diperlukan tes kepekaan sebagai pedoman untuk pemilihan terapi
antimikroba. Penisillin bekerja aktif terhadap P. aeruginosa antara lain
: tikarsilin, mezlosilin, dan pipeasilin digunakan dengan dikombinasikan
bersama aminoglikosida biasanya gentamisin, tobramisin/ amikasin. Obat lain
yang aktif terhadap P. aeruginosa antara lain aztreonam; imipinem;
kuinolon baru, termasuk siprofloksasin. Sefalosporin generasi baru, seftazidim
dan sefoperakson aktif melawan P. aeruginosa. Seftazidim digunakan
secara primer pada terapi infeksi P. aeruginosa.
PUSTAKA
Anonim, Pseudomonas, http://en.wikipedia.org/wiki
Anonim, 2005, Menekan Pertumbuhan P. aeruginosa pada Penderita
Fibrosis Kistik , http:// kalbe.co.id
Boel, Trelia, 2004, Psedomonas aeruginosa, http :// library.usu.ac.id
Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Mayasari,
Evita, 2006, Pseudomonas aeruginosa; Karakteristik, Infeksi, dan Penanganan,
http :// library.usu.ac.id
Pelczar, M., 1988, Dasar-Dasar
Mikrobiologi, UI Press, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar