Klasifikasi
Nama
Latin : Opisthorchis sinensis (Clonorchis
sinensis)
Phylum
:
Platyhelminthes
Sub
Phylum : -
Kelas
: Trematoda
Ordo
: Digenea
Family
:
Opisthorchidae
Genus
: Clonorchis
Species
: Opisthorchis sinensis
(Clonorchis sinensis)
Nama
Daerah : Cacing pipih
Pernapasan:
Tidak
terdapat sistem pernafasan.
Habitat:
Meskipun
terdapat di orient, tetapi tidak terdapat di Western Hemisphere.
Pencernaan:
Sistem pencernaannya sederhana. Mulut terbuka kedalam kerongkongan pendek, yang
menghubungkan ke saluran pendek yang lain, esophagus. Usus terdiri dari dua
cabang, yang satu memperpanjang dari dekat anterior ke ujung posterior dalam
tiap sisi tubuhnya.
Reproduksi:
Organ reproduksi trematoda komplex dan daur hidup biasanya melibatkan beberapa
tuan rumah yang berbeda, yang berakibat dalam penambahan kekuatan dari
reproduksi. Reproduksi dari sebagian besar keturunan diperlukan dalam hewan
parasit kerena kesempatan suatu individual akan mencapai tuan rumah baru agak
enteng. Sebagian besar trematoda hermaphrodit. Telur dari satu cacing mungkin
dibuahi oleh spermatozoa dari cacing yang sama, dengan fertilisasi silang dapat
terjadi. Larva yang ditetaskan dari telur trematoda ectoparasitic adalah berupa
cilia dan berenang kira-kira sampai mereka melekatkan diri ke tuan rumah yang
baru. Trematoda endoparasitic biasanya terlewati melalui daur hidup
terkomplikasi seperti pada cacing hati.
Peranan:
Opisthorchis sinensis (Clonorchis sinensis) adalah cacing hati pada manusia,
dan juga terdapat pada kucing dan anjing, sebagai tuan rumah yang berfungsi
seperti gudang. Hal ini dipilih seperti contoh tipe untuk trematoda karena
struktur kurang spesial dari pada Fasciola hepatica, cacing pipih pada hati
sapi. O. sinensis dewasa hidup di pembuluh empedu pada manusia dan menyebabkan
infeksi yang dapat menyebabkan kematian.
A.
Cara penyebaran
Terdapat di orient, tetapi tidak terdapat di Western Hemisphere.
Reservoir/sumber Siput merupakan pejamu perantara yang pertama. Sekitar 40
spesies ikan sungai berperan sebagai pejamu perantara sekunder. Manusia,
anjing, kucing dan banyak spesies mamalia pemakan-ikan yang lain merupakan
pejamu akhir.
B.
Reproduksi:
Organ reproduksi trematoda komplex dan daur hidup biasanya melibatkan beberapa
tuan rumah yang berbeda, yang berakibat dalam penambahan kekuatan dari
reproduksi. Reproduksi dari sebagian besar keturunan diperlukan dalam hewan parasit
kerena kesempatan suatu individual akan mencapai tuan rumah baru agak enteng.
Sebagian besar trematoda hermaphrodit. Telur dari satu cacing mungkin dibuahi
oleh spermatozoa dari cacing yang sama, dengan fertilisasi silang dapat
terjadi. Larva yang ditetaskan dari telur trematoda ectoparasitic adalah berupa
cilia dan berenang kira-kira sampai mereka melekatkan diri ke tuan rumah yang
baru. Trematoda endoparasitic biasanya terlewati melalui daur hidup
terkomplikasi seperti pada cacing hati.
Pencernaan:
Sistem pencernaannya sederhana. Mulut terbuka kedalam kerongkongan pendek, yang
menghubungkan ke saluran pendek yang lain, esophagus. Usus terdiri dari dua
cabang, yang satu memperpanjang dari dekat anterior ke ujung posterior dalam
tiap sisi tubuhnya.
B.
Klonorkiasis
Opisthorchis sinensis (Clonorchis sinensis) adalah cacing hati pada manusia,
dan juga terdapat pada kucing dan anjing, sebagai tuan rumah yang berfungsi
seperti gudang. Hal ini dipilih seperti contoh tipe untuk trematoda karena struktur
kurang spesial dari pada Fasciola hepatica, cacing pipih pada hati sapi . O.
sinensis dewasa hidup di pembuluh empedu pada manusia dan menyebabkan infeksi
yang dapat menyebabkan kematian.
Klonorkiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Clonorchis sinensis
yang juga dikenal dengan nama cacing hati oriental atau Cina merupakan Agens
etiologi Cacing/Helminthes (trematoda/cacing pipih). Karakteristik agens
Clonorchis sinensis adalah pada cacing dewasa hidup di saluran empedu,
kadang-kadang juga ditemukan di saluran pancreas. Ukuran cacing dewasa 10 - 25
mm x 3 - 5 mm, bentuknya pipih, lonjong, menyerupai daun. Telur berukuran
kira-kira 30 – 16 mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi
mirasidium, ditemukan dalam saluran empedu. Warnanya kuning kecokelatan yang
mungkin disebabkan oleh warna empedu dan memiliki sebuah organ pengisap oral
dan sebuah pengisap ventral. Cacing ini bersifat hermafrodit. Telurnya
berukuran 20―30 μm x 15―17 μm. telur tersebut memiliki operkulum dan ukurannya
paling kecil di antara telur trematoda lain yang hidup dalam tubuh manusia.
Gejala penderita cacing hati Clonorchis sinensi tidak nyata, kebanyakan terjadi
secara kronis, setelah terinfeksi baru perlahan lahan muncul gejala seperti
hilang selera makan, lemas, kurang enak di bagian atas perut, diare, kembung,
pencernaan kurang baik, sakit di bagian atas kanan perut dan hati membengkak.
Bila jumlah parasit sangat banyak akan menyumbat saluran empedu, radang empedu,
atau penyakit kuning. Juga ada yang terinfeksi lama sehingga berubah 3 menjadi
batu empedu, bahkan hati mengeras hepatis kanker.
C.
Mata rantai infeksi
Cara penularan dan Manusia terinfeksi karena memakan ikan air-tawar contoh
makanan yang mentah atau kurang matang yang mengandung terlibat dalam KLB larva
berbentuk kista (metaserkaria). Pada saat dicerna, larva cacing akan terbebas
dari dalam kista dan bermigrasi melalui duktus koledokus ke dalam percabangan
empedu. Telur yang terletak dalam saluran empedu diekskresikan ke dalam tinja.
Telur dalam tinja mengandung mirasidium yang sudah berkembang lengkap. Kalau
telur ini dimakan oleh siput yang rentan, telur akan menetas dalam usus siput,
menembus jaringan tubuhnya dan secara aseksual menghasilkan larva (serkaria)
yang bermigrasi ke dalam air. Jika mengenai pejamu perantara yang kedua,
serkaria akan menembus tubuh pejamu dan membentuk kista, biasanya dalam otot
dan terkadang di bawah sisik. Siklus hidup cacing klonorkis yang lengkap mulai
dari siput, ikan sampai manusia memerlukan waktu sedikitnya 3 bulan.
Ikan yang mengandung metaserkaria akan termakan oleh manusia jika ikan tersebut
tidak dimasak dengan matang. Metaserkaria dalam bentuk kista masuk ke dalam
sistem
pencernaan,
kemudian berpindah ke hati melalui saluran empedu dan tumbuh menjadi cacing
dewasa.
Masa inkubasi Tidak bisa diperkirakan, masa inkubasi bervariasi menurut jumlah
cacing yang ada. Gejala dimulai dengan masuknya cacing yang imatur ke dalam
sistem empedu dalam waktu satu bulan sesudah larva yang berbentuk kista
(metaserkaria) termakan oleh pasien. Gejala-gejala gangguan rasa nyaman pada
abdomen kuadran kanan atas dengan awitan yang bertahap, anoreksia, gangguan
pencernaan, nyeri atau distensi abdomen dan buang air besar yang tidak teratur.
Pasien yang menderita infeksi berat akan mengalami perasaan lemah, penurunan
berat badan, gangguan rasa nyaman di daerah epigastrium, perasaan penuh dalam
abdomen, diare, anemia dan edema. Dalam stadium lanjut akan terjadi ikterus,
hipertensi porta, ascites dan perdarahan gastrointestinal atas.
Gejala sisa Hati (terutama lobus kiri) akan membesar. Limpa dapat teraba hanya
pada sebagian kecil kasus klonorkiasis. Kolangitis piogenik yang rekuren
merupakan komplikasi serius klonorkiasis. Pankreas dapat turut terkena pada
kasus infeksi C. sinensis yang berat. Patologi klonorkiasis pankreas serupa
dengan patologi pada lesi hepar, yaitu terjadinya hiperplasia adenomatosa
epitelium duktus. Kalau terjadi pankreatitis akut, gambaran inflamasi akan
terlihat. Kolangiokarsinoma juga berkaitan dengan klonorkiasis. Infeksi berat
yang berulang-ulang selama usia kanak-kanak pernah dilaporkan menyebabkan
dwarfisme disertai retardasi perkembangan seksual.
D.
Pengobatan
Cara Diagnosis : Melalui mikroskop memeriksa sample tinja apakah ada telur
cacing
parasit, ookista protozoa dan takizoit.
Klonoisiasis oleh Clonorchis sinensis dewasa, diketemukan dalam tinja
penderita, dapat infasi dalam saluran empedu, sehingga penderita menerita sakit
di hatinya disertai ikterus. Bentuk dewasa dan telurnya dapat di ketemukan
dalam tinja.
Pengobatan : Cara pengobatan pelbagai penyakit parasit usus berbeda, harus
memakai
obat cacing menurut resep dokter.
E.
Pencegahan Penyakit Klonorkiasis
Pencegahan penularan cacing chlonorsis sinensis pada manusia dapat dilakukan
dengan cara memutus rantai hidup cacing ini, meliputi :
1. Tindakan pengendalian Industri; pembuangan ekskreta dan air limbah/khusus
kotor yang aman untuk mencegah kontaminasi pada air sungai, pengolahan air limbah
untuk keperluan akuakultur, iradiasi ikan air tawar, pembekuan dingin,
perlakuan panas, misalnya pengalengan.
2. Tempat pengelolaan makanan/rumah tangga; memasak ikan air tawar sampai
benar-benar matang. Konsumen harus menghindari konsumsi ikan air tawar yang
mentah atau kurang matang.
Lain-lain: pengendalian siput dengan moluskisida jika memungkinkan, pengobatan
pada masyarakat yang terinfeksi untuk mengurangi reservoir infeksi,
pemberantasan anjing dan kucing liar.
F.
Peran Keluarga dalam Usaha Pencegahan Penyakit Klonorsiasis
Keluarga adaah sebagai sumber utama pola perilaku sehat. Peran keluarga dalam
berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, seperti aktivitas fisik,
pola-pola nutrisi, dan penggunaan substansi, dimana masing-masing perilaku
tersebut memiliki hubungan yang kuat dengan perkembangan dan pemeliharaan
penyakit. Perilaku sehat diperoleh dengan membentuk suatu sistem sosial dimana
masing-masing anggota keluarga membentuk suatu ikatan bersama, mencapai suatu tujuan
(keadaan tubuh yang sehat), dan mengelola keseimbangan (mempertahankan kondisi
yang sehat).
Peran keluarga adalah sebagai motivator, educator dan fasilitator. Berbagai
usaha harus dilakukan oleh keluarga untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit
klonorkiasis. Hal ini juga menunjukkan bahwa keluarga harus aktif dalam usaha
mengetahui lebih banyak dan sebisa mungkin menghindari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penyakit klonorkiasis ini. Misalnya saja seorang ibu yang
kebanyakan diberi tanggung jawab untuk memasak, jangan sampai memasak ikan
dengan tidak sempurna atau tidak matang.
Terkait dengan peran keluarga ini, orang tua dapat membantu membangkitkan
kesadaran anaknya melalui pemberian penjelasan kepada anaknya mengenai berbagai
hal yang tepat mengenai penyakit ini bila orang tua mengetahui. Usaha untuk
memberikan pengetahuan ini juga dapat memancing orang tua untuk mencari tahu
lebih banyak lagi agar mereka dapat memberikan informasi yang memadai dan tepat
kepada anak. Misalnya memantau dan membimbing anak atau anggota keluarga lain
agar ketika membeli makanan di luar, misalnya ikan, haruslah berhati-hati
pastikan ikan benar-benar telah dimasak sempurna atau matang. Jadi peran
keluarga dalam menghindari penyakit ini merupakan suatu bagian yang cukup
penting.
Pencegahan
:
1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging
ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman. Menjaga kebersihan diri,
sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang
air besar.
Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja
segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak
mencemari sumber air.
Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan
parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya
dengan obat cacing. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera
periksa dan berobat ke rumah sakit.
2. Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali,
tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan
secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin
tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
Kesimpulan :
Jadi, Clonorchis Sinensis adalah suatu cacing parasit yang menyerang organ hati dan empedu, yang menyebabkan kondisi badan menjadi melemah karena organ hati dan empedu yang membengkak serta diare yang berkepanjangan, sehingga terjadinya penyakit kuning. Akan teridentifikasi jika dilakukan pemeriksaan secara rutin.
Jadi, Clonorchis Sinensis adalah suatu cacing parasit yang menyerang organ hati dan empedu, yang menyebabkan kondisi badan menjadi melemah karena organ hati dan empedu yang membengkak serta diare yang berkepanjangan, sehingga terjadinya penyakit kuning. Akan teridentifikasi jika dilakukan pemeriksaan secara rutin.
0 komentar:
Posting Komentar